Syekh Jambu Karang

Sejak muda ia (Syekh Jambu Karang) senang dengan ilmu kanuragan. Walauberhak menjadi raja Pajajaran, tetapi ia lebihtertarik menjadi pendeta. Tahta kerajaan diserahkanpada adiknya, R Mundingsari yang dinobatkan pada tahun1190.Ia kemudian bertapa di gunung Jambu Dipa, atau GunugKarang, di Karesidenan Banten, Jawa Barat. Sewaktubertapa terlihat olehnya tiga cahaya di belahan timuryang menjulang tinggi ke angkasa. Maka bersama 160pengikutnya, dicarilah letak cahaya itu. Sungai danpekatnya hutan pegunungan disusuri. Setelah melewati daerah Kerawang, Sungai Comal, GunungCupu, Gunung Kraton sampailah mereka ke Desa Rajawana.Setelah mendaki perbukitan Ardi Lawet, mereka tiba diGunung Panungkulan (gunung Cahya), desa Grantung,kecamatan Karangmoncol, Purbalingga. Di puncak bukititu mereka mendirikan pertapaan. Dalam saat yang bersamaan, di negara Arab ada seorang mubaligh bernama Syekh Atas Angin. Ia keturunanRasulullah SAW dari Sayyidina Ali. Sesudah salatsubuh, ia mendapat ilham bahwa di sebelah timur terdapat tiga cahaya putih yang menjulang tinggi keangkasa. Maka beserta 200 pengiring, ia menempuh perjalanan mencari sumber cahaya itu. Mula-mularombongan ini singgah di Gresik kemudian merapat diPemalang, menuju Gunung Cahya. Di tempat sumber cahayaini, Syekh Atas Angin melihat R Mundingwangi sedangbertapa. “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakutuh,” sapaSyekh Atas Angin.Yang diberi salam diam saja, sebab Mundingwangi belummemeluk Islam. Keduanya kemudian terlibat dalam adukesaktian. Ternyata Mundingwangi kalah dan bersediamasuk Islam. Selanjutnya Mundingwangi diberi Ilmu Kewalian digunung Kraton yang terletak di sebelah utarapegunungan Cahya dan diberi gelar Pangeran Wali SyekhJambukarang. Konon, pada saat berlangsungnya penurunanIlmu kewalian, semua pegunungan di sekitar bukitKraton puncaknya tunduk mengarah ke gunung Kraton. Tapi ada sebuah gunung yang tidak tunduk puncaknya,maka gunung tersebut diberi nama gunung Bengkeng(membandel). Untuk menyempurnakan keislamannya, PangeranJambukarang menunaikan ibadah haji ke Mekah.Sekembalinya dari Tanah Suci ia dikenal sebagaiMubalig Agung dan diberi gelar Haji Purba. Konon, iajuga memiliki beberapa kekeramatan, pecinya dapatterbang ke angkasa, menumpuk telur di udara satupersatu tidak jatuh, menggandeng tempat-tempat air diangkasa, dan lain-lain. Sebagai rasa terima kasih, Wali Syekh Atas Angindikawinkan dengan salah seorang putrinya, NyaiRubiahbekti. Perkawinan ini melahirkan tiga putra dandua putri, Wali Mahdum Husen, Mahdum Medem, MahdumUmar, Nyai Rubiahraja, dan Nyai Rubiyahsekar. Setelah menamatkan ilmu kewalian pada Syekh AtasAngin, ia kemudian mendirikan padepokan danmenyebarkan dakwah Islam di wilayah Purbalinggadibantu Santri Agung, salah seorang santrinya.Keduanya dikuburkan berdampingan di puncak gunungCahya. Kelak, keturunan Syekh Jambukarang banyak mengabdikepada Kasultanan Demak. Pangeran Wali Makhdum Husein,salah seorang putranya, gigih mengusir tentaraPajajaran yang menyerang daerah Cahyana karenaperbedaan pandangan agama. Salah seorang cicitnya yang sangat berperan dalammenyambung silaturahmi dengan Demak adalah SyekhMahdum Wali Prakosa (Wali yang kuat sekali), yangtidak lain cucu Wali Mahdum Husein. Ia adalah pembuatsoko guru, tiang masjid Demak bersama Sunan Kalijaga.Salah satu tiang tersebut kemudian terkenal dengannama soko tatal. Ia meluruskan arah masjid Demak kekiblat dengan menggunakan palu besar. Sultan Demakmemberikan piagam penghargaan khusus kepada Syeh WaliPrakosa di Cahyana atas pengabdiannya yang besar dalammelakukan dakwah di tanah Jawa. (92 Aji Setiawan)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/2ajisetiawan/syekh-jambukarang-pembuka-dakwah-islam-di-purbalingga_55294a24f17e61255a8b456a

Komentar

Postingan Populer